oleh

SMKN 2 Kota Bekasi Raih Penghargaan Sekolah Adiwiyata Mandiri dari KLHK

BEKASI – SMKN 2 Kota Bekasi meraih penghargaan Sekolah Adiwiyata Mandiri dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2024.

Kepala SMKN 2 Kota Bekasi, Agus Wimbadi, mengatakan status Adiwiyata ini tidak mudah didapatkan dan jarang sekali SMK yang berhasil meraihnya.

“Adiwiyata berkaitan dengan budaya peduli terhadap lingkungan, yang tidak bisa terbentuk dalam satu atau dua hari, melainkan melalui proses panjang hingga menjadi kebiasaan,” ujar Agus, Rabu (29/5/2024).

Penghargaan Adiwiyata ini adalah apresiasi yang perlu mendapat perhatian serta tanggung jawab publik. Dalam sistem pendidikan di SMKN 2 Kota Bekasi, budaya peduli terhadap lingkungan dapat berjalan dengan baik, nyaman, dan lancar, terbukti dengan pengakuan dari KLHL melalui SK SMK Adiwiyata Mandiri.

“Sejak mendapatkan status Adiwiyata Mandiri, proses pengimbasan sudah menghasilkan beberapa sekolah yang juga meraih status Adiwiyata hingga tingkat provinsi, seperti SMPN 27, SMPN 31, SMK 8, SMK 3, dan SMK 7. Ini merupakan hasil dari upaya pengimbasan SMKN 2,” tambah Agus.

Dukungan dari DLH Kota Bekasi juga sangat luar biasa, karena mereka sangat berperan dalam membantu mempertahankan status Adiwiyata.

Menurut Agus, akan sangat baik dan menyenangkan jika permukiman, sekolah, dan fasilitas publik terasa rindang dan nyaman. Selain memberikan unsur estetika, kenyamanan, atau keindahan, ruang hijau juga berdampak positif dengan mengurangi emisi karbon serta membuat nyaman bagi yang ingin bersantai.

Taman juga diperlukan untuk aktivitas warga sebagai titik sentral kegiatan olahraga dan lainnya. Di negara maju, ruang terbuka hijau sangat diperhatikan.

“Konsep Adiwiyata Mandiri salah satunya adalah 3R, yang kini berkembang menjadi 4R: reduce, reuse, recycle, dan reliable,” ujarnya.

Reliable berarti memanfaatkan sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat, seperti mengubah sampah menjadi bahan bakar pengganti batu bara. Pupuk kompos merupakan manfaat sampingan, bukan fokus utama.

“Fokus utama kami adalah pengganti batu bara. Pupuk kompos dimanfaatkan di lingkungan sekolah, dan jika berlebih, kami berikan secara gratis kepada masyarakat, guru, atau siapa saja yang membutuhkan untuk penghijauan di lingkungan sekitar,” ujarnya. (*)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *