BEKASI – Pemerintah Kabupaten Bekasi berkomitmen untuk turut serta menekan angka stunting, khususnya pada anak usia dini, dengan memberikan sosialisasi dan edukasi kepada para wali murid dan guru pada satuan pendidikan anak usia dini (PAUD) se-Kabupaten Bekasi. Kegiatan ini berlangsung di Hotel Grand Zuri Jababeka pada Selasa, (28/5/2024).
Penjabat (Pj) Bupati Bekasi, Dani Ramdan, mengatakan bahwa demi menciptakan generasi emas pada 2045, perlu tindakan nyata sejak usia dini agar anak-anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan sempurna, serta terlepas dari bayang-bayang stunting yang dapat menghambat pertumbuhan mereka.
“Komitmen ini bertujuan mensosialisasikan kepada para wali murid dan orang tua tentang pencegahan stunting di satuan PAUD, dengan harapan mereka bisa menjadi pionir dalam menyebarkan edukasi kepada lingkungan dan sanak saudara,” ungkapnya.
Dani menyatakan, pada usia anak-anak, masih ada kesempatan untuk menangani anak yang terkena stunting. Di PAUD, ibu-ibu yang masih muda dan berencana punya anak lagi bisa mendapatkan edukasi tentang cara mencegah stunting.
Guru-guru juga sebagai penggerak dan orang tua bisa menyebarluaskan informasi ini kepada saudara atau tetangganya, sehingga dapat meningkatkan kesadaran tentang bahaya stunting dan cara mencegahnya. Jika angka stunting turun, berarti edukasi atau sosialisasi yang dilakukan berhasil.
“Kita harus menyesuaikan metode terbaru dan peralatan yang sekarang sudah disebar di puskesmas, sehingga tidak bisa lagi menggunakan data yang asal-asalan. Ini yang paling penting,” ujar Dani.
Sementara, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi, Imam Faturcohman, mengatakan bahwa sosialisasi tentang pencegahan stunting di satuan PAUD bertujuan untuk mengintervensi kasus stunting sejak usia dini, serta menyasar pada pola asuh orang tua dan guru pendidik agar dapat memenuhi kebutuhan asupan dan pola pendidikan sesuai dengan standarisasi.
“Bagaimanapun juga, kasus stunting tidak bisa ditangani oleh satu instansi atau dinas teknis saja, maka kita bersinergi dengan berbagai instansi,” ujar Imam.
Selama ini, sebagian besar orang tua sering menyajikan makanan atau minuman untuk anak tanpa memberikan keleluasaan kepada mereka untuk memilih makanan yang mereka suka.
“Jika anak tidak suka karbohidrat atau nasi, jangan dipaksa, kita bisa menggantinya dengan protein. Oleh karena itu, kami memberikan sosialisasi kepada wali murid dan guru-guru,” ujarnya. (*)
Komentar